CINTA PERTAMA
CINTA KEPADA BAGINDA BERBUAH SURGA
12 Robiul Awal 1445 H
أَىُّ نِعْمَةٍ أَعْظَمُ مِنَ النِّعْمَةِ بِبُرُوْزِ هَذَا النَّبِيِّ الَّذِيْ هُوَ نَبِيُّ الرَّحْمَةِ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ
Dan apakah yang paling besar dibanding nikmat kelahiran Nabi yang mulia ini, dialah Nabi yang menjadi rahmat pada hari itu"
_(Ibnu Hajar al-Asqalani)_
Kecintaan pada Rasul akan menjadi sebab berkumpul bersama beliau di surga kelak. Karena setiap orang akan dikumpulkan bersama yang dicintainya.
Seorang pria datang kepada Nabi bertanya tentang ‘kapan’ kiamat. Tapi Rasulullah balik bertanya kepada pria itu. “Apa yang anda siapkan untuknya?” “Tidak ada apa-apa, kecuali cintaku kepada Allah dan Rasul-Nya”, jawab pria itu. “anda akan bersama dengan yang anda cintai”, janji Rasul.
Ini merupakan keutamaan yang agung. Kita dapat dikumpulkan bersama Nabi di surga meski tidak mampu beramal seperti beliau. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan, beliau sangat bahagia dan senang mendengar, “setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya”. “saya tidak dapat beramal seperti Rasulullah, Abu Bakar dan Umar”, aku Anas.”Tapi dengan cintaku pada mereka, aku berharap dapat dikumpulkan bersama mereka di surga nanti”, harapnya.
Hal yang sama diungkapkan pula oleh Imam Syafi’i rahimahullah. Beliau mengatakan;
Aku mencintai para shalihin, meski aku tidak termasuk (bagian) dari mereka
Semoga dengan cintaku pada mereka, aku peroleh syafa’at.
Jika manusia sealim dan se-shaleh Anas bin Malik dan Imam Syafi’i masih berharap syafa’at melaui cinta pada orang Shaleh, maka orang sekelas kita lebih butuh lagi. Oleh karena itu, mari tumbuh suburkan kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabanya serta orang-orang shaleh lainnya.
Bagaimana Membuktikan Cinta Kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ?
Diantaranya;
*Pertama,* Membenarkan (tashdiq) berita dan informasi yang Nabi kabarkan.
*Kedua,* Mentaati perintahnya,
*Ketiga,* Meninggalkan larangannya
*Keempat,* Tidak beribadah kepada Allah melainkan dengan mengikuti syariat dan sunnahnya.
Keempat poin tersebut tercakup dalam Ittiba’ (mengikuti) dan iqtida (meneladani) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Komentar
Posting Komentar